a.
Pengertian
psikoterapi
Psikoterapi lahir pada abad pertengahan dan akhir
abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sederhana,
yakni”psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau sederhananya jiwa dan
“herapy” dari bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga
psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan
seseorang”. Dalam Oxford English Dictionary, perkataan “psychotheray” tidak
tercantum, tetapi ada perkataan “psychotherapeutic” yang diartikan sebagai
perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan menggunakan teknik psikologis untuk
melakukan intervensi psikis. Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis
antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk
membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku abnormal dan memecahkan
masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
b. Tujuan psikoterapi
Berikut ini akan diuraikan
mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik
psikoteapi yang banyak peminatnya, dari dua tokoh yakni Ivey dan Corey
Tujuan psikoterpi dengan
pendekkatan psikodinamik menurut Ivey adalah: Membuat sesuatu yang tidak sadar
menjadi sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekontruksi
kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan
menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
Tujuan psikoterapi ndengan
pendekatan psikoanalisis menurut Corey: Membuat sesuatu yang tidak sadar
menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali
pengalaman-pengalaman yang sudah lewatdan bekerja melalui konflik-konflik yangb
ditekan melalui pemahaman inteketual.
Tujuan psikoterapi dengan
pendekatan Rogerian terpusat pada pribadi
menurut Ivey : perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah perubahan
perilaku yang khusus ditentukan oleh klien. Corey menjelaskan mengenai hal ini
sebagai berikut :
Terapi perilaku bertujuan untuk
menghilangkan perilaku yang maladaptive dan lebih banyak mempelajari perilaku
yang efektif. Memusatkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan
mencari apa yang dapat dilakukan terhadap perilaku yang menjadi masalah. Klien
berperan aktif dalam menyusun tujuan terapi dan menilai bagaimana tujuan-tujuan
ini bisa tercapai.
Sehubungan dengan terapi
berhavioristik Ivey menjelaskan mengenai tujuan pada terapi
kognitif-behavioristik yakni : menghilangkan cara berpikir yang menyalahkan
diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap
diri sendiri dan orang lain. Selanjutnya perilaku yang nyata berdasarkan cara
berpikir seperti itu.
Corey merumuskan mengenai
kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan
menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri
sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih rasional
dan toleran. Untuk membantu pasien mempergunakan metode yang lebih ilmiah atau
objektif untuk memecahkan masalahemosi
dan perilaku dalam kehidupan selanjutnya.
Tujuan psikoterapi dengan metode
dan teknik Gestalt dirumuskan oleh Ivey sebagai berikut : agar se3seorang lebih
menyadari mengenai kehidupannya dan bertanbggung jawab terhadap arah kehidupan
seseorang.
c. Unsur psikoterapi
Masserman menyebutkan 8 unsur psikoterapi :
a.
Peran sosial
b.
Hubungan (persekutuan tarapeutik)
c.
Hak
d.
Retrospeksi
e.
Reduksi
f.
Rehabilitasi, memperbaiki gangguan perilaku
berat
g.
Rekapitulasi
d. Perbedaan psikologi dan konseling
Menurut Johana E. Prawitasari
(1992) menyebutkan bahwa konseling itu merupakan istilah yang berasal dari
dunia pendidikan, sedangkan psikoterapi dari kedokteran. Konseling biasanya
dipakai untuk orang yang relatif normal,sedangkan psikoterapi digunakan untuk
klien yang terganggu mentalnya dan mempunyai masalah emosi yang berat.
Pendekatan atau metode yang dipakai biasanya hampir sama, baik dalam konseling
maupun psikoterapi.
L. M. Brammer membedakan antara
psikoterapi dan konseling . “Konseling itu,” kata Brammer, “menekankan
perencanaan yang lebih bersifat rasional, problem-solving, pembuatan keputusan,
intensionalitas, pencegahan dari beberapa penyesuaian diri, mendorong timbulnya
individual situasi yang menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang
normal.
Psikoterapi lebih mengarah kepada
re-education of individual. Dasar
bantuan psikoterapi adalah mencari persepsi dan perubahan secara jelas,
mengintegrasikan kesadaran ke dalam kehidupan sehari-hari, memagari perasaan
susah/sedih yang berasal dari pengalaman buruk di masa lalu. Psikoterapi
menekankan intensitas dan tingkat keterlibatan yang lama dan lebih berhubungan
dengan pengangguran beberapa permasalahan hidup
Di bagian lain Brammer
mengemukakan bahwa konseling dan psikoterapi dipandang sebagai bidang
kompetensi profesional yang saling berhubungan yang secara historis konseling
digambarkan dengan kata : educational,
vocational, supportive, situational, problem-solving, wajar dan sadar,
normal saat sekarang, berjangka pendek. Sedangkan psikoterapi digambarkan
dengan istilah supportive (dalam setting krisisi), recontructive, penekanannya
lebih dalam, bersifat analisis, berfokus pada lampau, penekanannya pada
neurotik, atau problem emosional yang lain dan jangka waktunya lama.
Robinson 1950 mengemukakan bahwa
konseling adalah sebagai bantuan orang normal untuk memperoleh tingkat
keterampilan penyesuaian yang lebih tinggi. Perubahannya dapat dilihat seperti
meningkatnya tingkat kematangannya (matuirity),
ketidaktergantungannya, integritas kepribadiannya, dan responsifnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka
perbedaan konseing dan psikoterapi dapat dilihat dari beberapa aspek yang
terdapat pada kolom berikut ini.
No.
|
aspek
|
Layanan konseling
|
Psikoterapi
|
||
1.
|
Ruang lingkup
|
Bagian dari program bimbingan konseling
|
Berada di luar bimbingan
|
||
2.
|
kedalam
|
-perencanaan yang rasional
-pemecahan masalah berhubungan dengan pemahaman
diri dan lingkungan
|
Perubahan mendasar dari kepribadian
|
||
3.
|
Subyek/sasaran
|
-individu normal
-lebih menekankan individu/kelompok kecil
|
-individu yang mengalami disintegrasi kepribadian
-mengutamakan individu
|
||
4.
|
Orientasi / pendekatan
|
Menekankan kesinian dan kekinian
|
Menekankan masa lampau, simbolik dan mengaktifkan
kembali alam ketidaksadaran
|
||
5.
|
setting
|
Sekolah, universitas, lembaga layanan masyarakat,
organisasi kemasyarakatan
|
Klinik, rumah sakit, praktik pribadi
|
||
6.
|
Waktu
|
Relatif terbatas
|
Relatif lama (berhari-hari, minggu, bulan atau
mungkin tahunan)
|
||
7.
|
Tujuan
|
Mengatasi tugas-tugas perkembangan
|
Mengatasi konflik-konflik dalam diri seseorang
|
||
e. Pendekatan psikoterapi terhadap mental
illnes
a)
Biological
Pendekatan yang lebih manusiawi. Berkembang saat itu
adalah penyakit mental disebabkan karen kurangnya insulin.
b)
Psychological
Pendekatan ini berpengaruh pada sosial, ketidak
mampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan
sepanjang hidup individu.
c)
Sociological
Pendekatan ini meliputi kesukaran pada sistem dukungan
sosial, harus mempertimbangkan pengaruh proses sosialisasi yang berlatar
belakangan kondisi sosio-budaya tertentu.
d)
Philosophic
Menentukan keinginan dan nilai pada kepercayaan
terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang,
pendekatan ini juga menghargai sistem nilai yang dimiliki klien, sehingga tidak
ada istilah keharusan atau pemaksaan.
f. Bentuk utama terapi
Ada 3 bentuk utama dalam terapi
yaitu
1. Terapi
suportif
Disebut juga
sebagai psikoterapi hubungan menawarkan dukungan kepada pasien, pendekatan ini
juga memeiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan
mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Psikoterapi suportifadalah
suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tyujuan menolong pasien
beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk
mendapatkansuatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Untuk
mengembalikan keadaan jiwa yang rapuh ataupun mengalami gangguan ke arah
keseimbangan, yang terutama dilakukan adalah menekan ataupun mengontrol
gejala-gejala yang terjadi dan untuk menstabilkan pasien ke dalam suasana yang
aman dan terlindungi untuk melawan ataupun menghadapi tekanan yang mungkin saja
berat naik yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya. Cara ini memberikan
suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan
ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa
bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi frustasiatau eksternal yang
mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.
2. Terapi
reducative
Tujuannya adalah
untuk mewujudkan penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran atau
tukuan hidup dan menghidupkan potensi kreatif.
3. Terapi
reconstructive
Terapi ini
tujuannya adalah untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik yang tidak
disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan mengembangkan potensu
penyesuaian yang baru.
Dapus :
Gunarsa, Singgih. D. 2007.
Konseling dan Psikoterapi. PT. Ikrar mandiri abadi. Jakarta
IKAPI. (1997). Buku saku
psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Sholeh. Moh. 2008. Bertobat
sambil berobat.penerbit hikmah. Jakarta
Simanjuntak, Julianto. (2008).
Konseling gangguan jiwa dan okultisme. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.