Jumat, 30 Desember 2011

Pengaruh Perkembangan Teknologi Untuk Psikologi


Computer Technology and Counseling Psychology
Ketersediaan aplikasi komputer dalam psikologi konseling telah meningkat secara dramatis selama 15 tahun terakhir. Banyak artikel, buku, dan presentasi konferensi telah meneliti penggunaan teknologi komputer infacilitating pelayanan. Meskipun keprihatinan beberapa telah diungkapkan mengenai penggunaan berpotensi tidak patut aplikasi komputer, perhatian minimal telah dibayarkan kepada dampak teknologi ini pada identitas dan perilaku psikolog konseling. Mengingat tubuh tumbuh pengetahuan dan pengalaman tentang topik ini, tampaknya akan menjadi waktu yang tepat untuk mengeksplorasi dampak potensial dari teknologi ini. Penggunaan saat ini teknologi komputer dalam psikologi konseling dieksplorasi dan potensi dampak negatif teknologi komputer dibahas dalam hal penyalahgunaan aplikasi komputer, ketergantungan pada teknologi, dan pembatasan proses konseling. Faktor yang berkontribusi terhadap penggunaan yang tidak tepat teknologi juga dibahas bersama dengan prioritas tindakan dan penelitian.
Jurnal yang lebih lanjut dapat di akses pada :

Bahasa dan Teknologi Komunikasi

Artikel ini contextualizes edisi khusus jurnal dengan membahas pentingnya variabel bahasa dalam studi teknologi komunikasi. Ini menegaskan tiga alasan untuk mempelajari teknologi: untuk melihat bagaimana menggunakan teknologi perubahan bahasa, untuk melihat bagaimana aktor-aktor sosial beradaptasi dengan keterbatasan teknologi dan dengan demikian membawa ke fokus yang tajam proses sosial dasar dalam interaksi manusia, dan untuk menginformasikan desain teknologi yang didasarkan pada teori-teori bahasa dan persyaratan komunikasi dinamika. Komputer-mediated communication menawarkan kesempatan khusus untuk memeriksa teori bahasa dan komunikasi, dalam wacana online adalah kebal terhadap banyak elemen komunikasi nonverbal yang dapat mengacaukan efek bahasa dalam pidato. Peran bahasa dalam penelitian teknologi komunikasi telah siklis, dengan memusatkan penelitian terbaru pada data bahasa sebagai bukti manusia-komputer efek interaksi. Arah penelitian masa depan yang disarankan.
Jurnal ini dapat di akses pada :


Media Psikologi Review - Mendefinisikan Psikologi Media
Media psikologi adalah disiplin akademis baru yang muncul dan diterapkan dalam menanggapi perkembangan teknologi komunikasi dalam lima puluh tahun terakhir. Sementara ada banyak kepentingan di lapangan, ada kesepakatan sedikit dalam mendefinisikan psikologi media. Menanggapi situasi ini, sebuah tim peneliti yang dibentuk pada Juli 2007 untuk menyelidiki persepsi psikologi media dan membentuk definisi. Sebagai titik awal, para peneliti mulai dengan survei APA Divisi 46 untuk Media Psikologi, yang anggotanya merupakan pionir di lapangan, dan dapat membantu mengidentifikasi tren dalam perspektif sejarah. Makalah ini membahas analisis kualitatif Divisi 46 tanggapan anggota untuk pertanyaan: "Apa yang terlintas dalam pikiran ketika Anda Pikirkan Psikologi Media?" Dan memeriksa Divisi 46 situs web untuk melihat apakah website mencerminkan tanggapan para anggota.
Menggunakan pendekatan grounded theory, analisis menunjukkan bahwa tanggapan anggota berfokus pada faktor manusia melalui teknologi. Tema yang muncul menunjukkan dikotomi di antara anggota di antara dua pandangan yang berbeda dari psikologi media: 1) psikolog yang menggunakan media untuk menyebarkan informasi psikologi, dan 2) menggunakan psikologi untuk analisis menggunakan media, pengembangan, dan aplikasi. Perbedaan persepsi yang berkorelasi dengan usia responden; anggota yang lebih tua lebih mungkin untuk berlangganan pandangan seorang psikolog atau bahan psikologis di media dan demografi yang lebih muda lebih mungkin untuk melihat psikologi sebagai alat untuk analisis dan pengembangan. Dalam membandingkan analisis Divisi 46 website untuk tanggapan anggota, konten itu lebih konsisten dengan pandangan anggota yang lebih tua. Efek media dan dampaknya adalah tanggapan sering, namun data yang meninggalkan pertanyaan yang belum terjawab tentang persepsi responden badan relatif terhadap media, yaitu apakah individu dan masyarakat yang dianggap sebagai korban dari pengaruh media atau peserta interaktif. Kedua daerah akan menjadi penting untuk studi lebih lanjut karena mereka memegang implikasi untuk bidang-bidang seperti pendidikan, kesehatan, dan kebijakan publik.
Jurnal ini dapat di akses pada :
http://mprcenter.org/mpr/index.php?option=com_content&view=article&id=184&Itemid=119

Minggu, 27 November 2011

Menganalisis Internet dan Manfaat dalam Bidang Psikologi

Teknologi internet yang banyak mempermudah manusia dalam mencari sumber informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Melalui sarana – sarana yang ada dalam internet kita dapat memperoleh informasi dengan mudah, praktis dan cepat sehingga tidak membuang waktu.dan dapat juga membantu mengetahui ilmu psikologi,perkembangan psikologi,melalui internet,seperti yang tertera dibawah adanya psikologi zone dapat mengetahui berita terbaru dan ilmu dalam bidang psikologi .
perkembangan terbaru dapat dilihat dengan mudah dan untuk mahasiswa sangat membantu sekali untuk mengetahui ilmu terbaru atau berita yang up to date melalui artikel yang di posting melalui internet,selain mahasiswa bisa membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalam kehidupan tanpa bertatap muka hanya menanyakan di konsultasi psikologi.


Selain psikologi zone yang dapat membantu juga ada rumahbelajarpsikologi.com

Di sini untuk pendidikan sangat bermanfaat sekali karna kita bisa belajar psikologi dengan internet,pengunjung hanya mengklik atau mencari secara mudah apa yang di butuhkan dalam psikologi dengan menggunakan internet,selain berita dan ilmu yang di berikan juga dapat mengetahui adanya pemberitahuan seminar-seminar,tes-tes psikologi,dan masih banyak hal lain yang dapat bisa kita cari.
Oleh karna itu internet sangat membantu sekali dalam perkembangan psikologi,tanpa bertatap muka menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang bisa di sebut juga dengan konsultasi,praktis,mudah dan cepat.
Itulah yang saya teliti dalam hubungannya internet dengan psikologi.Maaf jika ada kesalahan atau kekurangan,semoga bermanfaat ^.^

Jumat, 06 Mei 2011

TEKNOLOGI HANDPHONE KEKURANGAN DAN KELEBIHAN

H
adirnya teknologi komunikasi berupa telepon seluler atau Hand Phone (HP) yang semakin pesat dan maju tidak dapat kita hindari. Tidak ada khalayak yang secara tegas menolak hadirnya teknologi yang dipuja oleh berbagai kalangan tersebut. Berbagai upaya dan cara yang kita lakukan untuk menolak hadirnya teknologi komunikasi tersebut malah justru akan semakin membuat kita pusing. Secara tidak langsung memang teknologi komunikasi membawa berbagai keuntungan bagi mereka penggunanya. Namun dibalik keuntungan yang menggiurkan tersebut ternyata terselip banyak kerugian yang menyebabkan dampak buruk bagi psikologis dan kesehatan penggunaan teknologi komunikasi itu sendiri.
            Perkembangan jenis HP semakin hari semakin meningkat. Mulai dari fasilitas yang disediakan sampai bentuknya. Perkembangan pesat dalam dunia sistem komunikasi kita tentunya akan mengubah pola komunikasi yang terjadi di masyarakat selama ini. Sebelum ada media massa, nyaris sistem komunikasi yang berkembang di Indonesia masih memakai peralatan sederhana (media tradisional maupun tatap muka). Akan tetapi lima tahun terakhir, Indonesia dihebohkan dengan pola komunikasi melalui telepon seluler atau biasa disebut dengan Hand Phone (HP). Bagi orang komunikasi, mereka menyebutnya dengan komunikasi seluler.
Komunikasi seluler hanyalah salah satu dari sekian banyak layanan yang dimungkinkan karena adanya pengintregasian komunikasi dengan komputer. Di Amerika Serikat, sistem-sistem pemutaran nomor telepon telah dikomputerisasi sejak tahun 1960-an, namun hal ini tidak dipergunakan sampai perusahaan telekomunikasi AT&T bubar dua dekade kemudian dan perusahaan-perusahaan telepon mulai menerapkan cara baru dan berbeda dalam memutar nomor telepon, (Roger Fidler, Mediamorfosis, 19, 2003).
Teknologi seluler, yang tergantung pada banyak stasiun pemancar dan penerima berkekuatan rendah dengan daerah-daerah layanannya yang tumpang tindih atau disebut sel-sel, membuka pasar telepon mobil yang secara signifikan menurunkan jumlah gelombang radio yang dibutuhkan untuk komunikasi tanpa kabel. Dengan radio-telepon, pasar selalu dibatasi oleh kelangkaan frekuensi yang dapat diberikan kepada para pelanggan. Karena dapat memakai frekuensi yang sama secara berulang-ulang, sistem-sistem seluler mampu menyediakan akses benar-benar kepada setiap orang, (Roger Fidler, Mediamorfosis, 20, 2003).
Pandangan tersebut semakin mematahkan anggapan bahwa teknologi komunikasi tidak begitu penting dan oleh karenanya kehadirannya tidak perlu dinantikan. Sebaliknya teknologi komunikasi sangat penting dan dinantikan kehadirannya setiap saat dan setiap waktu. Kepintaran, kecanggihan dan fasilitas yang dimiliki oleh teknologi komunikasi menjadi tolok ukur seberapa besar fungsi dan
kebutuhan dari teknologi komunikasi itu bagi penggunanya tanpa memikirkan dampak yang akan timbul dari pemakaian teknologi tersebut.
Secara nyata jelas terlihat bahwa teknologi komunikasi memberikan keuntungan yang sangat besar bagi penggunanya terutama dalam hal berkomunikasi (komunikasi tidak lagi rumit seperti dulu).
A.      Keuntungan
Berbagai keuntungan relatif yang dirasakan dari telepon seluler tanpa kabel yang mengungguli telepon kabel dan telepon-radio kian bertambah karena mobilitas dan efisiensinya yang lebih besar. Berbeda dengan yang disambungkan pada jalur telepon disebuah gedung atau telepon standar yang bisa dibawa, namun harus dilengkapi kotak baterai besar dengan pemancar dan penerima gelombang radio, ponsel yang ringan dan tampak kompak dapat dibawa didalam saku jaket atau dompet. Kebebasan untuk mengirim dan menerima panggilan telepon dari mobil, restoran, sudut jalan, atau bahkan ketika mendaki gunung, dalam waktu singkat dipandang sebagai kebutuhan mendasar dan dapat menghemat waktu yang memang besar artinya bagi para pedagang dan orang-orang yang merasa perlu untuk bisa dihubungi sewaktu-waktu. Telepon seluler menambah rasa nyaman dan aman, (Roger Fidler, Mediamorfosis, 20, 2003).
Jika sudah begitu berbagai kekurangan yang kasat mata menjadi semakin kabur dan tidak dipercaya oleh beberapa kalangan. Namun, mau tidak mau para pengguna telepon seluler atau pengguna teknologi komunikasi harus membuka mata lebar-lebar karena ternyata ada beberapa catatan tentang kerugian dalam sistem komunikasi terutama kaitannya dengan penggunaan Hand Phone (HP)/telepon seluler yang memerlukan perhatian ekstra. Meski begitu masih sedikit sekali orang yang menyadari kerugian atau dampak negatif dari Hand Phone/ telepon seluler dan mau berusaha untuk perlahan menanamkan cara atau kiat mengurangi dampak yang dihasilkan dari penggunaan telepon seluler atau Hand Phone (HP).
B.      Kekurangan
Komunikasi HP telah menurunkan minat baca masyarakat. Menurut data majalah Komputer Aktif (no. 50/26 Maret 2003) berdasarkan survei Siemens Mobile Lifestyle III menyebutkan bahwa 60 persen remaja usia 15-19 tahun dan pacaremaja lebih senang mengirim dan membaca SMS daripada membaca buku, majalah atau koran. Dalam hal ini komunikasi melalui HP seperti pengiriman SMS ternyata berdampak buruk untuk menurunkan minat baca masyarakat. Ini bisa dikatakan pula bahwa budaya baca yang sudah terancam dengan budaya dengar dan lihat diancam lagi oleh budaya mengirim SMS. SMS dalam hal ini lebih berfungsi sebagai hiburan saja. Bahkan menurut data Kompas (4 April 2003) yang melakukan street polling yang dilakukan pada 100 remaja SMU di Jakarta, Bogor, Bandung, dan Semarang menunjukkan bahwa 51 persen mereka mengirim SMS 11-20 kali, 35 persen 2-10 kali dan 14 persen lebih dari 20 kali sehari. Meskipun data ini tidak bisa digunakan untuk rujukan penelitian, tetapi fenomena itu jelas menjadi salah satu potret dampak perkembangan komunikasi melalui HP. Bahkan, sebesar 73 persen mereka mengeluarkan biaya untuk membeli voucher perbulannya seitar 100-200 ribu, 9 persen antara 201-300 ribu dan 8 persen lebih dari 300 ribu perbulan. Ini artinya bahwa di samping menurunkan minat baca, HP juga mengarahkan masyarakat untuk hidup konsumtif. Bahkan menurut data dari penelitian “Survei Siemens Mobile Phone” 58 persen orang ndonesia lebih memilih mengirim SMS daripada membaca buku, (Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, 191-192, 2005).
Di atas adalah dampak dari segi sosial budaya masyarakat atas penggunaan Hand Phone/ telepon seluler. Lalu bagaimana dampak negatif dari penggunaan Hand Phone dilihat dari segi kejahatan psikologi seseorang maupun kesehatan?. Apakah benar bahwa ternyata Hand Phone/ telepon seluler membawa “petaka” bagi penggunanya?.
Dari segi kajahatan, dampak nyata yang negatif dan banyak terjadi atas penggunaan Hand Phone/ telepon seluler adalah bahwa ternyata komunikasi dengan HP dapat memunculkan praktik bisnis illegal dan ironisnya HP juga dijadikan ajang penipuan untuk mengeruk keuntungan dengan dalih menang dalam suatu undian di dunia maya. Banyak kasus penipuan mengenai undian berhadiah yang dilayangkan melalui SMS serta praktik bisnis illegal yang tujuannya mengeruk keuntungan dari si korban dengan cara mentransfer sejumlah uang ke rekening pelaku. Tidak berhenti di situ saja. Penyalahgunaan fasilitas dari HP juga membawa dampak buruk bagi kaum remaja Indonesia. Melalui Hand Phone aksi pornografi semakin merajai benak kaum remaja Indonesia. Merekam aksi porno, mengambil atau dengan sengaja memotret gambar porno untuk kemudian disebarkan ke HP lain adalah fenomena yang marak terjadi di kalangan remaja bahkan anak-anak.
Secara psikologis kerugian yang diakibatkan dari penggunaan telepon seluler atau HP adalah manusia menjadi malas untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar. Dengan fasilitas yang dimiliki oleh HP, maka di zaman yang serba canggih dan modern ini segalanya bisa dilakukan dengan duduk di tempat tanpa perlu beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan aktivitas seseorang. Mulai dari mengisi pulsa, transfer uang, memesan tiket, belanja, hingga memesan makanan dapat dilakukan tanpa beranjak dari tempat sedikitpun. Asyik memang, tapi dimana rasa sosial dan peduli kita terhadap orang lain?. Secara global dapat dikatakan “jika bisa di rumah atau di kantor tanpa harus mengelurkan tenaga kenapa harus capek menyetir ke restoran untuk mengisi perut dengan sepiring nasi?”. Hal inilah yang membuat manusia makin malas dan enggan untuk bersosialisasi. Padahal sebagai mahluk sosial bukankah kita harus bersosialisasi dengan sesama?. Hal itu agaknya tidak berlaku bagi kaum pemakai teknologi komunikasi seluler.
Dampak atas penggunaan telepon seluler dari segi kesehatan juga tak kalah mengerikan. Berbagai penyakit serta kemungkinan terburuk hadir dalam tubuh manusia melengkapi kerugian atas penggunaan Hand Phone/ telepon seluler bagi penggunanya.
Penelitian di Amerika membuktikan bahwa kaum pria yang membawa HP di saku celana dapat menurunkan 70 persen produktivits sperma dan lebih parah lagi sperma yang dihasilkan tidak akan dapat membuahi sama sekali alias mandul karena telah rusak akibat radiasi yang dipancarkan oleh HP yang ditaruh di saku celana, (www.kompas.com).
HP mengubah suara menjadi gelombang elektromagnetik seperti halnya radio. Kuatnya pancaran gelombang dan letak HP yang menempel di kepala akan mengubah sel-sel otak hingga berkembang abnormal dan potensial menjadi sel kanker. Jadi, efek radiasi HP sedemikian berbahaya jika sering digunakan. Sebuah penelitian di Finlandia membuktkan bahwa radiasi elektromagnetik serupa ponsel selama satu jam dapat mempengaruhi produksi sel, (Kompas,23 Oktober 2002 dalam Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, 197, 2005).
Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan telepon seluler memang sangat kompleks dan sedikit sekali yang menyadari akan hal tersebut. Ada yang mempercayai, ada yang tidak percaya bahkan ada juga yang acuh tak acuh meskipun sudah mengetahui dampak negatif telepon seluler.
Apapun dampak negatif dan positif ponsel di Indonesia yang jelas ponsel adalah peralatan yang relatif modern digunakan. Ponsel telah mengubah berbagai sistem komunikasi yang dijalankan di Indonesia. Artinya, ponsel telah membawa revolusi perubahan sistem komunikasi di Indonesia diakui atau tidak, (Sistem Komunikasi Indonesia, Nurudin, 198, 2005).

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0405/05/telkom/1002910.htm

Minggu, 20 Maret 2011

Menelaah atau menganalisis sifat manusia atas dasar biografi lingkungannya

Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal sulawesi selatan. Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,Papua,Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Orang Bugis juga banyak yang merantau ke mancanegara.

Awal Mula

bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutereo. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili,Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

CARA PENYEBARANNYA
Komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu,Bone,Wajo,Soppeng,Sidrap,Pinrang,Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukkumba,Sinjai,Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan pinrang. Kerajaan Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua bersama kerajaan Cina (yang kelak menjadi Pammana), Mario (kelak menjadi bagian Soppeng) dan Siang (daerah di Pangkajene Kepulauan)

CARA HIDUP DAN KEBUDAYAAN AWAL BUGIS
Makam Raja Bugis Kehidupan sehari-hari orang bugis pada hamper seluruh millennium pertama masehi mungkin tidak terlalu jauh berbeda dengan cara hidup orang toraja pada permulaan abad ke 20. mereka hidup bertebaran dalam berbagai kelompok di sepanjang tepi sungai, dipinggirin danau, di pinggiran pantai dan tinggal dalam rumah-rumah panggung. Sebagai pelengkap beras dan tumbuhan lading lain. Merekapun menangkap ikan dan mengumpulkan kerang. Orang bugis dikenal sebagai pelauk ulung dengan menggunakan Phinisi mereka mengarungi samudra dengan gagah beraninya disamping itu pula orang bugis sangat pandai dalam bertani dan berladang. Bertenun kain adalah salah satu keterampilan nenek moyang orang bugis.
Orang bugis pada masa awal itu kemungkinan besar juga mengayau kepala untuk dipersembahkan acara ritual pertanian dan kesuburan tanah. Pada umumnya orang bugis mengubur mayat-mayat yang sudah meninggal, meski ada pula mayat yang di benamkan (danau atau laut) atau disimpan di pepohonan. Situs-situs megalitikum yang pernah nenek moyang mereka mungkin merupakan saksi kegiatan penguburan ganda atau penguburan sekunder. Kepercayaan mereka masih berupa penyembahan arwah leluhur. Terhadap para arwah itu sesajen-sesajen dipersembahkan lewat perantara dukun.

Konflik antar Kerajaan

Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu dengan wilayah Gowa di Bulukumba. Sementara, di utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae. Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah. Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru. Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan merampas payung kerajaan Luwu kemudian mempersaudarakan kerajaan mereka. Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk mempertahankan posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan menyerang beberapa daerah Bone dan Sidenreng. Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa daerah Bone serta menaklukkan Wajo dan Soppeng. Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng membuat aliansi yang disebut "tellumpoccoe".

Penyebaran Islam

Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama Islam dari Minangkabau atas perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka adalah Abdul Makmur (Datuk ri Bandang) yang mengislamkan Gowa dan Tallo, Suleiman (Datuk Patimang) menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin Ariyani (Datuk ri Tiro) yang menyiarkan Islam di Bulukumba.

Masa Kemerdekaan

Para raja-raja di Nusantara mendapat desakan oleh pemerintahan Orde Lama (Soekarno) untuk membubarkan kerajaan mereka dan melebur dalam wadah NKRI. Pada tahun 1950-1960an, Indonesia khususnya Sulawesi Selatan disibukkan dengan pemberontakan. Pemberontakan ini mengakibatkan banyak orang Bugis meninggalkan kampung halamannya. Pada zaman Orde Baru, budaya periferi seperti budaya di Sulawesi benar-benar dipinggirkan sehingga semakin terkikis. Sekarang generasi muda Makassar & Bugis adalah generasi yang lebih banyak mengkonsumsi budaya material sebagai akibat modernisasi, kehilangan jati diri akibat pendidikan pola Orde Baru yang meminggirkan budaya mereka. Seiring dengan arus reformasi, munculah wacana pemekaran. Daerah Mandar membentuk propinsi baru yaitu Sulawesi Barat. Kabupaten Luwu terpecah tiga daerah tingkat dua. Sementara banyak kecamatan dan desa/kelurahan juga dimekarkan. Namun sayangnya tanah tidak bertambah luas, malah semakin sempit akibat bertambahnya populasi dan transmigrasi.

Mata Pencaharian

Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

Perompak

Sejak Perjanjian Bongaya yang menyebabkan jatuhnya Makassar ke tangan kolonial Belanda, orang-orang Bugis dianggap sebagai sekutu bebas pemerintahan Belanda yang berpusat di Batavia. Jasa yang diberikan oleh Arung Palakka, seorang Bugis asal Bone kepada pemerintah Belanda, menyebabkan diperolehnya kebebasan bergerak lebih besar kepada masyarakat Bugis. Namun kebebasan ini disalahagunakan Bugis untuk menjadi perompak yang mengganggu jalur niaga Nusantara bagian timur.
Armada perompak Bugis merambah seluruh Kepulauan Indonesia. Mereka bercokol di dekat Samarinda dan menolong sultan-sultan Kalimantan di pantai barat dalam perang-perang internal mereka. Perompak-perompak ini menyusup ke Kesultanan Johor dan mengancam Belanda di benteng Malaka.

Serdadu Bayaran

Selain sebagai perompak, karena jiwa merantau dan loyalitasnya terhadap persahabatan orang-orang Bugis terkenal sebagai serdadu bayaran. Orang-orang Bugis sebelum konflik terbuka dengan Belanda mereka salah satu serdadu Belanda yang setia. Mereka banyak membantu Belanda, yakni saat pengejaran Trunojoyo di Jawa Timur, penaklukan pedalamanMinangkabau melawan pasukan Paderi, serta membantu orang-orang Eropa ketika melawan Ayuthaya di Thailand. Orang-orang Bugis juga terlibat dalam perebutan kekuasaan dan menjadi serdadu bayaran Kesultanan Johor, ketika terjadi perebutan kekuasaan melawan para pengelana Minangkabau pimpinan Raja Kecil.

Bugis Perantauan

Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Malaysia,Filipina,Brunei,Thailand,Australia,Madagaskar dan Afrika selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb yang bernama Maccassar, sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka

Penyebab Merantau

Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya merantau juga didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan.

Bugis di Kalimantan Timur

Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bowaja, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah Kesultanan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara karang mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).

Bugis di Sumatera dan Semenanjung Malaysia

Setelah dikuasainya kerajaan Gowa oleh VOC pada pertengahan abad ke-17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang menduduki jabatan di kerajaan Gowa bersama orang Bugis lainnya, ikut serta meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Disini mereka turut terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu. Hingga saat ini banyak raja-raja di Johor  yang merupakan keturunan Makassar.
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bugis

Sabtu, 26 Februari 2011

MATEMATIKA DAN PSIKOLOGI


Ter         Ternyata  tanpa disadari matematika dapat dikaitkan dengan psikologi dalam kehidupan sehari-hari.Contonya saja di dalam matematika logika di gunakan untuk berpikir rasional dalam mengambil setiap keputusan Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah terlepas dengan hal yang bernama logika, tidak terkecuali dengan kepemimpinan. Setiap manusia lahir sebagai pemimpin, paling tidak pemimpin diri sendiri. Bilakita tidak bisa memimpin diri sendiri, bagaimana kitabisa memimpin keluarga, anak buah, atau orang lain? Sebagai pemimpin, keputusan dan kepemimpinan kita akan mempengaruhi kegiatan, keberhasilan bahkan kehidupan kita dan yang kita pimpin.  Salah satu contoh soal adalah :
Seorang mahasiswa mengadakan seuatu event acara di kampusnya acara diadakan dari pagi hingga sore hari, selain itu sbagai panitia inti sedah jelas dia harus menyiapkan acara tsb. Akan tetapi dia juga harus mengikuti jadwal kuliah sebagai mana mestinya. Dan tugas kuliah itu harus di selesaikan esok harinya diberikan dua pertanyaan berikut.

P= mengikuti acara keseluruhan acara tsb
q=dia bias mengerjakan mata kuliah hingga selesai
Tentukan apa saja keputusan yang mungkin dia ambil
dalam bentuk implikasi dan buat juga table kebenarannya.
Jawab :
1. p q: Jika dia mengikuti keseluruhan acara
tersebut, maka dia bisa mengerjakan tugas
mata kuliahnya hingga selesai.
2. p ~q: Jika dia mengikuti keseluruhan acara
tersebut, maka dia tidak bisa mengerjakan
tugas mata kuliahnya hingga selesai.
3. ~p q: Jika dia tidak mengikuti keseluruhan acara
tersebut, maka dia bisa mengerjakan tugas
mata kuliahnya hingga selesai.
4. ~p ~q:Jika dia tidak mengikuti keseluruhan acara
tersebut, maka dia tidak bisa mengerjakan
tugas mata kuliahnya hingga selesai.
p q p q

           jadi, Logika dan psikologi sangat berperan dalam pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan dalam kehidupan sehari-hari. Logika berpikir seseorang mempengaruhi dirinya sendiri dan keadaan sekitarnya. Psikologis dan jiwa seseorang mempengaruhi keputusan yang harus dibuatnya.
Sedangkan logika itu sendiri adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji penurunan-penurunan kesimpulan yang valid atau yang tidak valid.. yang terjadi saat proses menarik kesimpulan dan pertanyaan-pertanyaan apakah benar atau tidak, yang biasa disebut sebagai penalaran.
Sedangkan ilmu psikologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia (ilmu jiwa).